Sejarah Singkat Desa Sembiran  :  
Sering  kita dengar Desa Sembiran adalah Desa Kuno akan tetapi sejauh mana  kekunoanya itu bagi sementara pihak kurang memahami.Pada tahun 1971 Drs  Soejono mantan Kepala DinesPurbakala Cabang Gianyar, telah mengadakan  penelitian di Desa Semiran. Dalam pada itu telah diadakan penggalian di  sebelah utara Desa Sembiran dan berhasil alat-alat batu berwujud :
1.      Bentuk Setrika
2.      Bentuk Side Chopper ( alat pemotong )
3.      Bentuk protohan-axses ( kapak tangan )
4.      Bentuk Hammeratones ( palu batu )
5.      Bentuk Flakes ( alat batu kecil untuk mengiris )
Alat-alat  tersebut termasuk alat pada jaman Batu Tua ( Poletithicium).Menurut  dugaan para ahli sejarah alat-alat seperti ini berusia 500.000 tahun  yang lalu. Sayang sampai saat ini belum diketemukan jenis manusia yang  mendukung/menciptakan alat-alat tersebut.Disamping itu diketemukan juga  benda-benda Megalith (benda atau bangunan batu besar) berbentuk batu  berdiri tegak,pndan berudak-undak,dan usia benda megalith itu sekitar  2.000 sebelum masehi atau jaman Neilithicum. Atas dasar penelitian yang  dilakukan oleh Drs made Sutamba dengan dibantu dari Lembaga Purbakala  dan Peningalan Nasional pada tahun 1971 dan 1972,maka dari 20 pura yang  ada 17 diantaranya mempunyai unsur Megalith sedang 3 pura lainnya tidak  mengandung unsur Megalith.
Menurut  pendapat Dr.Goris ( Bali Atas Kebudayan ), bahwa bentuk Pura di Bali  amat berbeda dengan bangunan suci di India atau Candi di Jawa. Adapun  tujuan masyarakat membuat banguan megalith itu untuk menyembah arwah  nenek moyang dan ini merupakan warisan dari jaman ra sejarah dan masih  hidup sampai sekarang di sebagian rakyat Indonesia. Peninggalan jaman  sejarah yang terdapat di Desa Sembiran adalah berupa prasasti perunggu  sebanyak 10 Lembar Prasasti itu terdiri dari 6 golongan.
Adapun urutan kronilgisnya adalah seagai brikut :
1.      Prasasti Jaman Ratu Ugrasena (24 januari 923 M )
2.      Prsasti Jaman Tabranida-Warmadewa (19 Desember 951 M )
3.      Prasasti jaman Raja Jhanasadhu-Warmadewa (6 April 975 M )
4.      Prsasti jaman Sang Ratu Dari Ajua-Dewi ( 11 September 1016 M)
5.      Prasasti jaman Raja Anak Wungsu ( 10 Agustus 1065 M )
6.      Prasasti jaman Raja Jaya pangus ( 22 Juli 1181 M )
Prasasti  itu pada dasarnya memuat peraturan –perturan yang ditetapkan oleh  Raja/Ratu yang berlaku untuk Desa Julah dan sekitarnya termasuk Desa  Sembiran.
Adalagi  peninggalan dalam bentuk awig-awig atau sima desa,sima desa ini di tulis  di atas Lontar dalam bahasa Bali- Kawi atau disebut juga Bali Tengah.  Sebagai mana keahui,penulisan di atas daun lontar dengan menggunakan  bahasa Bali-Kawi muncul kira-kira abad ke-XIV ( Permulaan jaman kerajaan  Gelgel ).
Sima itu berisi aturan-aturan   :
1.      Riwayat pemimpin Desa Pakraman
2.      Kepercayaan dan Upacara yadnya
3.      Ketertiban dan Keamanan
4.      Perkawinan
5.      Kewajiban masyarakat dan Pakraman
6.      Peraturan Hukum
7.      Larangan-lrangan
8.      Hal utang piutang
9.      Pembagian Waris
10.  Sangsi-sangsi
11.  Hasil denda
Selain  dari pada itu, isi sima itu sendiri dalam bagian riwayat pemimpin desa  pakraman menyebutkan bahwa Sri Rahyangta Kandyawan yang menjadi Raja di  Medang( disebut juga Medang Kemlan Jawa Tengah) bersama-sama dengan  putra-putra dan pengiringnya berlayar hingga ketempat ini. Ditempat yang  baru ini mereka membabat hutan,membangun gaga,tegalan,dan ladang.
Setelah  selesai membabat itu mereka mengadakan upacara Bhuta Yadnya.dari sejarah  kita ketahui bahwa Kerajaan Medang kemulan adalah kerajaan tertua di  Jawa Tengah,kurang lebih abad ke-VII. Atas dasar yang tersebut dalam  sima itu dibuatlah simbul Desa.
Lambang Desa Sembiran dan Artinya    :
Simbul  Desa Sembiran menyerupai ’’DUPA’’ sedangkan ’’DUPA’’ adalah  atribut/senjata dari Sanghyang Mahisora.Menyerupai bentuk perahu layar  dan diatasnya ada bukit dan itu diyakini adalah perahu Sri baginda Sri  Rahyangta Kandyawan yang menjadi Raja d Medang kemudian berlayar beserta  pengiringnya dari Jawa menuju Desa ini.bentuk bukti melambangkan Bentuk  Desa ini didaerah perbukitan,sesuai dengan sebutan Bali Aga ( Aga  berarti gunung ) bulatan ditengah melambangkan kebulatan persatuan,dasa  warna merah mengandung arti Fajar menyingsing dapat diartikan sebagai  tanda kebangkitan dalam pembangnan. Warna kuning emas melambangkan  kesucian,tengah-tengah terdapat tulisan ’’WUKIR SAMIRANA’’ berwarna  hitam melambangkan ketenangan.’’WUKIR’’ diartikan ada kekuatan,sehingga  arti keseluruhan dari simbul tersebut adalah bahwa masyarakat penghuni  daerah perbukitan ini bersat bulat dengan kemauan yang keras untuk  membangun desanya menuju Desa pancasila.
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar